Mengurangi beberapa bagian rumah yang dirasa tidak perlu, menjadikan rumah ini tampil jujur dan apa adanya. Sebuah langkah cerdas untuk menghemat budget sekaligus peduli terhadap lingkungan.
Dalam men-design rumah tinggalnya, Wiyoga Nurdiansyah memiliki sebuah pemikiran yang tidak banyak diikuti oleh kebanyakan orang. Adalah konsep reduksi, mengurangi hal-hal yang tidak perlu saat membangun rumah, hingga seolah-oleh semuanya ditempatkan pada titik terendah.
Sebagai seorang arsitek, Wiyoga memiliki keberanian untuk melakukan pengurangan pada beberapa bagian rumah tanpa harus khawatir tampil tidak menarik. Hampir semua komponen rumah dilakukan reduksi, mulai dari fungsi ruang, bentuk hingga penggunaan material mentah. Kesemuanya berujung pada berhasil ditekannya biaya pembangunan rumah tersebut.
Dengan lahan rumah terbatas, Wiyoga yang akrab disapa Yoga, men-design rumah secara fungsional dan kompak. Besaran ruang dalam rumah dipertimbangkan dengan cermat. Ruang-ruang direduksi seminimal mungkin untuk menekan biaya pembangunan. Yang penting fungsional dan masih memberikan kenyamanan.
Di atas lahan 90m2, dibangun rumah dua lantai dengan total bangunan seluas 95 m2. Di lantai dasar, fungsi ruangan dimulai dengan penempatan pantry dan kamar pembantu. Sedikit di luar kebiasaan memang. Namun menurut Yoga, ini sebagai salah satu upaya mereduksi keberadaan zona privasi dalam sebuah rumah.
Ruang tamu sengaja ditiadakan. Yang ada adalah teras multi fungsi yang terletak dibelakang carport. Kini seiring berjalannya waktu, teras yang dilapis dek kayu pada lantainya ini berfungsi sebagai area santai dan tlmpat bermain Yoga yunior alias si kecil Ken. Apalagi, teras ini berhadapan langsung dengan taman.
Teras rumah dibatasi bidang kaca lebar dengan ruang makan, pantry dan ruang keluarga. Bukaan kaca lebar ini, menghilangkan batas visual antara ruang keluarga dan teras. Area teras rumah ini sekaligus menjadi pusat orientasi keseluruhan ruang di rumah ini. Terutama dari dan ke arah pantry, ruang makan dan ruang keluarga yang menyatu dalam satu ruangan, tanpa sekat.
Ruang tidur utama ditempatkan di sisi belakang. Ukurannya tidak besar, hanya seluas 15 m2. Cukup untuk fungsi tempat tidur, ruang kerja, ruang baju, ruang rias dan kamar mandi. Furniture untuk ruang baju dan ruang rias di-design menyatu dengan arsitektur-nya, berbentuk built-in furniture sehingga tidak memerlukan luasan yang besar. Ruang tidur utama juga berorientasi ke arah taman. Bukaan dibiarkan menganga lebar, untuk mendapatkan cahaya alam dan udara luar yang maksimal.
Di lantai atas rumah, ditempatkan fungsi dua ruang tidur anak, musholla dan kamar mandi. Semuanya dalam ukuran yang pas dan fungsional. Lay out ruang dalam rumah menyisakan lubang void sebagai koneksitas antara lantai dasar dan lantai atas rumah. Area void yang ditutup kaca memberikan keleluasaan pandangan ke arah lantai dasar.
Meskipun design rumah mengambil konsep reduksi, bukan berarti tampilannya menjadi minim estetika. Yoga banyak mendapat inspirasi design rumah bergaya Jepang, yang diaplikasikan pada detil-detail horizontal yang menghiasi bidang-bidang kaca. Beberapa element-element ruang sengaja diberi sentuhan estetika secara khusus, untuk mengimbangi bagian lain yang direduksi. Semisal digunakannya kolom bulat di sudut kamar, yang terlepas dari bukaan kaca yang melingkupinya. Demikian pula dengan ekspose kayu pada teritisan atap rumah.
Selain itu, rumah pun tampil tanpa pagar depan dan penutup carport. Sebagai penegas batas teritori lahan, bagian depan rumah diurug setinggi batas jendela yang mengesankan kedinamisan. Namun ternyata, dibalik urugan tanah tersebut terdapat bak penyimpan air. Sebuah solusi cerdas dalam efisiensi ruang.
Penerapan prinsip rumah arsitektur tropis yang mengedepankan keterbukaan menjadi solusi melawan udara panas dalam rumah, sekaligus mengurangi penggunaa listrik. Karena itu pula meski ketinggian peil antar lantai rumah hanya setinggi 2,75 m, ruangan dalam rumah tak terasa panas atau sumpek. Menurut Yoga, besaran batas ketinggian ini juga didasarkan pada pertimbangan penghematan material yang juga berarti hemat biaya.
Material Mentah Rumah.
Hampir keseluruhan material rumah yang digunakan di rumah ini dibiarkan mentah. Hanya plafon yang di-finish cat putih untuk menambah kesan lapang ruang-ruangnya. Material semen putih expose dipilih untuk mereduksi penggunaan cat pada semua dinding, baik eksterior maupun interior. Hal ini diyakini mengurangi pengaruh bau bahan kimia dari cat di setiap ruang.
Selain itu, material yang dominan adalah kaca dan panel GRC. Kaca pada rumah digunakan untuk membingkai ruang luar rumah, sedangkan panel GRC digunakan sebagai pemisah yang bersifat masih. GRC contohnya digunakan pada pintu utama, pintu garasi dan dinding wc service.
Konsisten dengan prinsip rumah reduksi, Yoga pun meniadakan penggunaan kusen pintu dan jendela serta meminimkan penggunaan kayu solid. Semua menggunakan kayu olahan, sehigga menjawab persoalan keterbatasan kayu saat ini. sedangkan untuk atapnya menggunakan genteng plentong tanah liat. Pemilihan genteng ini didasarkanpada pengalaman turun temurun dari genteng rumah konvensional di Indonesia.
Penggunaan semua material mentah ini, diharapkan menonjolkan karakter arsitektur jujur pada rumah ini, arsitektur reduksi. Rumah ini memberi pembelajaran untuk tidak terjebak dalam bentuk dan kosmetik yang berlebihan. Justru yang diharapkan adalah menonjolkan karakter rumah ini sebagai wujud arsitektur rumah tropis dengan konsep baru. (source: hunianku/007)
Dalam men-design rumah tinggalnya, Wiyoga Nurdiansyah memiliki sebuah pemikiran yang tidak banyak diikuti oleh kebanyakan orang. Adalah konsep reduksi, mengurangi hal-hal yang tidak perlu saat membangun rumah, hingga seolah-oleh semuanya ditempatkan pada titik terendah.
Sebagai seorang arsitek, Wiyoga memiliki keberanian untuk melakukan pengurangan pada beberapa bagian rumah tanpa harus khawatir tampil tidak menarik. Hampir semua komponen rumah dilakukan reduksi, mulai dari fungsi ruang, bentuk hingga penggunaan material mentah. Kesemuanya berujung pada berhasil ditekannya biaya pembangunan rumah tersebut.
Dengan lahan rumah terbatas, Wiyoga yang akrab disapa Yoga, men-design rumah secara fungsional dan kompak. Besaran ruang dalam rumah dipertimbangkan dengan cermat. Ruang-ruang direduksi seminimal mungkin untuk menekan biaya pembangunan. Yang penting fungsional dan masih memberikan kenyamanan.
Di atas lahan 90m2, dibangun rumah dua lantai dengan total bangunan seluas 95 m2. Di lantai dasar, fungsi ruangan dimulai dengan penempatan pantry dan kamar pembantu. Sedikit di luar kebiasaan memang. Namun menurut Yoga, ini sebagai salah satu upaya mereduksi keberadaan zona privasi dalam sebuah rumah.
Ruang tamu sengaja ditiadakan. Yang ada adalah teras multi fungsi yang terletak dibelakang carport. Kini seiring berjalannya waktu, teras yang dilapis dek kayu pada lantainya ini berfungsi sebagai area santai dan tlmpat bermain Yoga yunior alias si kecil Ken. Apalagi, teras ini berhadapan langsung dengan taman.
Teras rumah dibatasi bidang kaca lebar dengan ruang makan, pantry dan ruang keluarga. Bukaan kaca lebar ini, menghilangkan batas visual antara ruang keluarga dan teras. Area teras rumah ini sekaligus menjadi pusat orientasi keseluruhan ruang di rumah ini. Terutama dari dan ke arah pantry, ruang makan dan ruang keluarga yang menyatu dalam satu ruangan, tanpa sekat.
Ruang tidur utama ditempatkan di sisi belakang. Ukurannya tidak besar, hanya seluas 15 m2. Cukup untuk fungsi tempat tidur, ruang kerja, ruang baju, ruang rias dan kamar mandi. Furniture untuk ruang baju dan ruang rias di-design menyatu dengan arsitektur-nya, berbentuk built-in furniture sehingga tidak memerlukan luasan yang besar. Ruang tidur utama juga berorientasi ke arah taman. Bukaan dibiarkan menganga lebar, untuk mendapatkan cahaya alam dan udara luar yang maksimal.
Di lantai atas rumah, ditempatkan fungsi dua ruang tidur anak, musholla dan kamar mandi. Semuanya dalam ukuran yang pas dan fungsional. Lay out ruang dalam rumah menyisakan lubang void sebagai koneksitas antara lantai dasar dan lantai atas rumah. Area void yang ditutup kaca memberikan keleluasaan pandangan ke arah lantai dasar.
Meskipun design rumah mengambil konsep reduksi, bukan berarti tampilannya menjadi minim estetika. Yoga banyak mendapat inspirasi design rumah bergaya Jepang, yang diaplikasikan pada detil-detail horizontal yang menghiasi bidang-bidang kaca. Beberapa element-element ruang sengaja diberi sentuhan estetika secara khusus, untuk mengimbangi bagian lain yang direduksi. Semisal digunakannya kolom bulat di sudut kamar, yang terlepas dari bukaan kaca yang melingkupinya. Demikian pula dengan ekspose kayu pada teritisan atap rumah.
Selain itu, rumah pun tampil tanpa pagar depan dan penutup carport. Sebagai penegas batas teritori lahan, bagian depan rumah diurug setinggi batas jendela yang mengesankan kedinamisan. Namun ternyata, dibalik urugan tanah tersebut terdapat bak penyimpan air. Sebuah solusi cerdas dalam efisiensi ruang.
Penerapan prinsip rumah arsitektur tropis yang mengedepankan keterbukaan menjadi solusi melawan udara panas dalam rumah, sekaligus mengurangi penggunaa listrik. Karena itu pula meski ketinggian peil antar lantai rumah hanya setinggi 2,75 m, ruangan dalam rumah tak terasa panas atau sumpek. Menurut Yoga, besaran batas ketinggian ini juga didasarkan pada pertimbangan penghematan material yang juga berarti hemat biaya.
Material Mentah Rumah.
Hampir keseluruhan material rumah yang digunakan di rumah ini dibiarkan mentah. Hanya plafon yang di-finish cat putih untuk menambah kesan lapang ruang-ruangnya. Material semen putih expose dipilih untuk mereduksi penggunaan cat pada semua dinding, baik eksterior maupun interior. Hal ini diyakini mengurangi pengaruh bau bahan kimia dari cat di setiap ruang.
Selain itu, material yang dominan adalah kaca dan panel GRC. Kaca pada rumah digunakan untuk membingkai ruang luar rumah, sedangkan panel GRC digunakan sebagai pemisah yang bersifat masih. GRC contohnya digunakan pada pintu utama, pintu garasi dan dinding wc service.
Konsisten dengan prinsip rumah reduksi, Yoga pun meniadakan penggunaan kusen pintu dan jendela serta meminimkan penggunaan kayu solid. Semua menggunakan kayu olahan, sehigga menjawab persoalan keterbatasan kayu saat ini. sedangkan untuk atapnya menggunakan genteng plentong tanah liat. Pemilihan genteng ini didasarkanpada pengalaman turun temurun dari genteng rumah konvensional di Indonesia.
Penggunaan semua material mentah ini, diharapkan menonjolkan karakter arsitektur jujur pada rumah ini, arsitektur reduksi. Rumah ini memberi pembelajaran untuk tidak terjebak dalam bentuk dan kosmetik yang berlebihan. Justru yang diharapkan adalah menonjolkan karakter rumah ini sebagai wujud arsitektur rumah tropis dengan konsep baru. (source: hunianku/007)
Anda Ingin Mendapatkan Gambar Layout DENAH
Rumah Minimalis Di Atas...?
Caranya gampang kok, cukup share artikel ini ke teman Anda dgn cara mengklik salah satu tombol media sosial Anda di bawah ini, dan tombol LIKE yg berada di bawah judul artikel di atas, setelah itu hubungi kami via email di:
info@arsitekonline.com
Gambar Denah rumah yg Anda minta akan segera kami kirimkan
ke email Anda sesegera mungkin. Gratis kok...!!!
Rumah Minimalis Di Atas...?
Caranya gampang kok, cukup share artikel ini ke teman Anda dgn cara mengklik salah satu tombol media sosial Anda di bawah ini, dan tombol LIKE yg berada di bawah judul artikel di atas, setelah itu hubungi kami via email di:
info@arsitekonline.com
Gambar Denah rumah yg Anda minta akan segera kami kirimkan
ke email Anda sesegera mungkin. Gratis kok...!!!
keren ni infonya
ReplyDeleteArtikel yang bagus dan memberikan informasi yang cukup bagus,,, :)
ReplyDeleteInfo rumah yang menarik. Akan lebih menarik jika ada denah nya juga.
ReplyDeleteTerima kasih Om buat infonya
ReplyDeleteterima kasih buat infonya,,,
ReplyDeletegambar rumahnya kok nggak di perlihatkan ya ??
ReplyDeleteartikel menarik, banyak info yang didapatkan nuhun
ReplyDeletega ada informasi budget yang diperlukan berapa? gambarnya juga kecil banget.
ReplyDeleteSettuju sekali, ini sangat membantu :)
ReplyDeleteHmm membangun rumah dengan budget minim memang menjadi tantangan buat setiap arsitek maupun kontraktor. Banyak yang berpendapat kalau rumah dengan budget minim pasti kualitasnya buruk. Memang ada benarnya juga, namun ada beberapa arsitek yang memang terkenal suka menggunakan bahan2 material bekas ataupun ekspose. dengan disain yang unik, hasilnya pun terlihat bagus. Namun ini tentunya kembali lagi keselera penghuni rumah. cheers
ReplyDeleteBerapa kira-kira harganya mas?
ReplyDeletememang butuh perencanaan yang benar-benar matang sih nih dalam membangun rumah. mulai dari gambar, bestek, kualitas, matrial dan fungsinya :D
ReplyDeletekayanya lebih sipp kalau dilengkapi foto-foto rumah dan ruangan-ruangan yang diceritakan.
ReplyDeleteBoleh nih buat inspirasi, terimakasih banyak, artikelnya menarik...
ReplyDeletetulisan nya mantab mas, menambah wawasan dalam membangun rumah ..semoga berguna bagi banyak orang..
ReplyDeleteHello, just wanted to tell you, I loved this post.
ReplyDeleteIt was helpful. Keep on posting!
My page - http://cahybra.com/wikicraft/index.php?title=Usuário_Discussão:Zella7183
infonya bagus, tapi msh stengah2, krn ga ad gambar rumahnya,cukup dalam imajinasi saja kita membayakannya.
ReplyDeleteI was able to find good advice from your blog articles.
ReplyDeleteFeel free to visit my page ... wine shipping
Terimakasih artikelnya, sangat bermanfaat!
ReplyDeleteSalam sukses,
cproperty8.com
Thanks buat tipsnya..
ReplyDelete